Minggu, 25 November 2012

Destinasi Surfing Indonesia

Arungi Ombak di Destinasi "Surfing" Utama Indonesia

Arungi Ombak di Destinasi
ANTARA
Sebagai negara yang terdiri dari ribuan gugusan kepulauan yang dikelilingi lautan, Indonesia tentunya memiliki pesisir pantai yang menghasilkan gulungan ombak yang ideal bagi aktivitas surfing. Karena pesona yang amat indah dan potensinya yang masih murni, pantai di Indonesia kini justru menjadi intaian para wisatawan mancanegara penggila selancar ombak untuk menaklukan keganasannya.

Hawaii sejak dulu dikenal sebagai destinasi favorit bagi aktivitas surfing dunia. Namun, karena situasi yang kian hiruk pikuk serta tingginya tingkat kebosanan atas tantangan gulungan ombak yang kurang variatif, peta aktivitas olah raga yang memacu adrenalin itu telah bergeser ke kawasan Asia Tenggara dengan Indonesia sebagai pusat destinasi bagi para peselancar ombak.

Destinasi pesisir pantai di Indonesia yang amat luas, variatif, dan memiliki beragam karakter ombak, amat potensial untuk menghasilkan gulungan ombak yang ideal bagi aktivitas surfing. Para olahragawan surfing yang pernah menjajal kegarangan gulungan ombak di Indonesia mengakui, gulungan ombak di Indonesia tak kalah mengagumkan dari ombak di Hawaii.

Justru karena mereka belum mengetahui karakter, kondisinya yang belum banyak terjamah dan terjelajahi, serta dihadapkan oleh banyaknya alternatif destinasi surfing di Tanah Air ini, mereka merasa tertantang dan terpicu untuk bertandang ke Indonesia hanya untuk menikmati gulungan ombak itu.

Kini, Indonesia dikenal sebagai surga destinasi aktivitas surfing terkemuka tingkat internasional. Selain di Pantai Kuta, Bali, masih ada beberapa titik lokasi surfing di Indonesia yang tak kalah seru dan menantang, seperti Pantai Ombak Tujuh (Ujung Genteng), Pantai Tanjung Setia, Pantai kepulauan Mentawai, dan Pantai Marosi (NTT) yang mungkin bisa jadi sasaran destinasi petualangan surfing Anda.

Kuta
Pantai Kuta tadinya merupakan salah satu pantai yang menjadi cikal bakal perkenalan untuk aktivitas olah raga surfing di Indonesia pada dekade '70-an. Selain jadi tujuan pantai terfavorit bagi turis, Kuta diberkahi potensi gulungan ombak yang cocok untuk berselancar ombak. Kondisi air yang bersih, hamparan pasir yang membentang luas, dan ombak yang cukup tinggi, menjadikan Kuta sebagai destinasi surfing dan rekreasi pantai yang menarik.

Posisi pantai ini amat strategis karena tak begitu jauh dari Denpasar dan bandara I Gusti Ngurah Rai. Pantai yang juga terkenal sebagai sunset-nya yang amat menakjubkan itu memiliki potensi ombak yang tinggi dan amat cocok sebagai lokasi surfing bagi peselancar pemula.

Kondisi ini menjadi lebih sempurna karena telah banyak operator aktivitas olah raga ini yang selain menyewakan papan seluncur, juga melayani jasa kursus bagi peselancar pemula. Lokasinya yang amat strategis dan lengkap fasilitas penunjang turisme, membuat kita bisa betah seharian berada di pantai ini, berselancar sambil menunggu matahari tenggelam di ufuk garis horisontal bumi.

Tanjung Setia
Belum banyak orang mengetahui di mana letak keberadaan Tanjung Setia, kecuali beberapa orang yang senang melakukan petualangan selancar ombak di Indonesia. Tanjung Setia adalah nama pantai di wilayah Lampung Barat, sekitar 1,5 jam dari Liwa atau sekitar 60 km dari Ibu Kota Lampung Barat, tepatnya berada di Pekon Bumiagung, Kecamatan Pesisir Selatan, sekitar 22 km dari Kota Krui.

Gulungan ombak di Tanjung Setia ini amat tinggi, sekitar 5–7 meter dengan panjang gulungan ombak 200 meter. Ini bisa terjadi karena posisinya menghadap langsung ke Samudra Hindia. Selain terkenal dengan gulungan ombak, Pantai Tanjung Setia yang masih tersembunyi ini memiliki pesona pasir pantai yang putih dan halus, bersih, serta memiliki gugusan terumbu karang yang masih alami.

Menurut salah seorang narasumber yang memiliki usaha operator penyewaan alat selancar di lokasi ini, Tanjung Setia mulai diperkenalkan oleh peselancar asal Amerika Setikat pada 1985. "Mereka amat menikmati berselancar di sini karena suasananya yang masih alami dan tenang," ungkap narasumber yang tak mau disebutkan namanya. "Kini mulai ramai datang peselancar dari Australia, Portugal, Belanda, hingga Jepang ke pantai ini," tambah dia.

Waktu ideal melakukan aktivitas surfing di Pantai Setia yaitu antara Mei hingga Oktober. Namun, puncak keramaian biasanya terjadi pada bulan Juni–Juli. Di lokasi ini pun sekarang telah berdiri surfing camp untuk memfasilitasi para wisatawan yang hendak melakukan arung gulungan ombak.

Pantai Ombak Tujuh
Pantai ini disebut ombak tujuh karena memiliki karakteristik gulungan ombak yang berjumlah tujuh pada waktu bersamaan. Hal ini yang menjadi keistimewaan bagi para penyuka aktivitas surfing dunia karena amat jarang yang memiliki karakter ombak seperti ini di dunia. Oleh karena itu, pantai yang lokasinya ada di Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi, sekitar 200 km dari Ibu Kota Jakarta ini amat mendunia.

Pantai Ombak Tujuh amat minim sarana pendukung turisme. Namun, hal itu tak mengurangi minat wisatawan asing untuk menjajal gulungan ombak di pantai ini. Pantai-pantai di wilayah Ujung Genteng umumnya memiliki pesona keindahan yang masih alami. Tak hanya Ombak Tujuh, masih ada beberapa pantai yang potensial untuk aktivitas surfing.

Gulungan ombak lumayan tinggi, memanjang dan pecah di tepi pantai. Ini merupakan karakter pantai yang ideal bagi para peselancar dari mancanegara. Sembari melakukan surfing, kita juga bisa menjelajahi pantai-pantai lain yang masih alami atau melakukan aktivitas santai, seperti memancing dan mengabadikan keindahan alamnya melalui kamera saku kita.

Mentawai
Pesisir pantai di sepanjang Kepulauan Mentawai yang berada pada jarak 150 km dari lepas pantai Pulau Sumatra ini, diperkirakan memiliki 400 lokasi untuk aktivitas surfing. Ini membuat Mentawai sebagai destinasi surfing ketiga terbaik setelah Hawaii dan Tahiti.

Di Kepulauan ini memiliki bentangan garis pantai sepanjang 758 kilometer dengan rata-rata maksimal gulungan ombak bisa mencapai tinggi 6 meter. Hal inilah yang menjadi kepulauan ini amat patut disambangi oleh penggila arung gulungan ombak. Mayoritas wisatawan yang berkunjung ke Mentawai, harus rela menempuh segala kerepotan demi bisa menikmati gulungan ombak yang ideal di pantai ini.

Selain mengarungi perjalanan laut dan darat dari pulau persinggahan utama Sumatra, mereka pun ada yang menyewa kapal pesiar khusus yang mampu menyisiri pantai-pantai di Mentawai, menjelajah dan menjajal sendiri masing-masing gulungan ombak dengan karakter yang berbeda-beda.

Puncak kedatangan wisatawan asing untuk menikmati surfing biasanya berlangsung antara April hingga Agustus. Pada bulan tersebut, gulungan ombak di Mentawai tengah mencapai puncak tertingginya. Adapun titik-titik aktivitas surfing yang banyak diincar dan dijajal keganasannya, antara lain Nyang-Nyang, Karang Bajat, Karoniki, Pananggelat, Mainuk (Pulau Siberut), Katiet Basua (Pulau Sipoira), dan Pagai Utara (Pulau Sikakap).

Marosi
Pantai yang terletak di Kecamatan Lamboya, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, ini berada di belahan selatan Pulau Sumba, kira-kira satu jam perjalanan darat dari Waikabubak. Selain kondisi pantainya yang amat cantik, bersih, dan sepi, di pantai Marosi ini memiliki gulungan ombak yang amat baik bagi aktivitas surfing.

Ramai wisatawan asing berkunjung ke Pantai Marosi sekitar Mei hingga September hanya sekadar menjajal dan menikmati gulungan ombaknya yang tingginya bisa mencapai 5–7 meter. Keunggulan dan keistimewaan pantai ini selain sangat bersih, memiliki pasir putih, dan air laut yang membiru serta amat jernih, juga masih sangat sepi. Lokasinya amat cocok untuk kontemplasi dan menenangkan diri.

Seperti halnya pantai-pantai destinasi surfing yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara, Pantai Marosi ini amat minim fasilitas pendukung turisme. Namun justru karena kekurangan ini, wisatawan asing berlomba-lomba datang dan menetap cukup lama untuk menikmati gulungan ombak yang terbaik di wilayah timur Indonesia ini. dari berbagai sumber/btr/R-3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar